Secara umum, istilah vertikultur diadaptasi dari bahasa inggris yaitu vertical (tegak lurus) dan culture (pengembangbiakan). Jadi, vertikultur berarti teknik budidaya tanaman di ruang terbatas / lahan sempit dengan menggunakan bidang vertikal sebagai media tanamnya.
Tujuan awal mula dikembangkannya teknologi vertikultur adalah semakin berkurangnya lahan pertanian dan perkebunan guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakan. Sistem bercocok tanam vertikultur merupakan solusi untuk mengoptimalkan kondisi lahan yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan masyarakat. Meski demikian, teknologi vertikultur terbagi atas beberapa tingkatan tergantung tingkat kerumitan dan kesulitan yang dihadapi. Dalam model yang paling sederhana, metode vertikultur dasar sangat mudah diduplikasi dan bahan pembuatannya pun tidak terlalu sulit didapatkan. Sehingga, sistem vertikultur dapat diterapkan dalam skala rumah tangga hingga industri. Sistem tambahan dalam vertikultur yang memerlukan skill dan pengetahuan khusus diantaranya sistem hidroponik atau irigasi tetes.
Kelebihan Sistem Vertikultur
- Pemanfaatan lahan yang lebih efisien
- Pemakaian media tanam, pupuk dan pestisida yang lebih hemat
- Mudah dalam pemindahan (mobilitas) karena tanaman diletakkan pada wadah (media) khusus.
- Dapat diaplikasikan dimana saja, desa maupun kota. Namun lebih cocok diterapkan di kota yang kebanyakan memiliki lahan terbatas
- Sistem pemeliharaan dan perawatan yang relatif mudah karena tanaman senantiasa terpantau dengan baik
- Dapat dilakukan di dalam ruangan maupun diluar ruangan
- Membantu proses penghijauan kota. Lazimnya di lahan biasa untuk ukuran 1 meter persegi hanya bisa menanam 5 batang tanaman, dengan metode vertikultur bisa di optimalkan hingga 20 batang tanaman
Bahan / Media Vertikultur
Bercocok tanam secara vertikultur tidak hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan namun juga terdapat nilai estetika didalamnya. Tanaman vertikultur yang terawat dan tertata dengan baik akan mempercantik suasana rumah tinggal kita. Variasi model, wadah, ukuran dan bahan vertikultur sangat banyak. Cukup kita sesuaikan dengan selera dan kondisi lingkungan. Sistem vertikultur yang lazim diterapkan berbantuk segi tiga, persegi panjang, piramid atau sejumlah rak yang disusun menyerupai anak tangga.
Bahan membuat vertikultur bisa berupa pipa paralon atau bambu, kaleng bekas, botol bekas bahkan keranjang kenduri pun bisa. Itulah nilai ekonomis dari bercocok tanam secara vertikultur, yakni dengan memanfaatkan barang bekas disekitar kita. Syarat utama media vertikultur adalah kuat dan mudah dipindahkan. Sedangkan tanaman yang cocok dibudidayakan secara vertikultur yakni jenis tanaman sayuran yang sering kita konsumsi setiap hari seperti sawi, kangkung, terong, tomat, dll. Tanaman-tanaman tersebut memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan umur serta sistem perakaran pendek.
Baca juga : Tabulampot – Panduan Lengkap Budidaya Tanaman Buah di Lahan Sempit
Variasi model Teknologi Vertikultur
1. Vertiminaponik
Merupakan kombinasi antara budidaya sayuran secara vertikal menggunakan media talang plastik dengan akuaponik. Dengan kata lain, sistem ini mengintegrasikan antara budidaya (ternak) ikan dengan sayuran. Batu zeolit serta kompos adalah dua media utama yang sering digunakan dalam metode vertiminaponik ini.
2. Walkaponik
Model teknologi vertikultur ini juga merupakan metode yang diintegrasikan dengan budidaya ikan. Pada dasarnya metode ini sama dengan metode vertiminaponik. Yang membedakan hanya dari segi penggunaan dan penataan media atau wadah tanamannya. Lazimnya media yang digunakan adalah pot bersusun vertikal dan ditempatkan di dinding rumah atau taman. Istilah walkaponik diadaptasi dari bahasa inggris yang merupakan gabungan dari kata wall (dinding) dan aquaponic (aquaculture & hydroponic). Untuk media tanam yang digunakan masih sama dengan vertiminaponik yaitu campuran batu zeolit dan kompos.
3. Wall Gardening (Berkebun di dinding/tembok)
Merupakan model vertikultur yang diaplikasikan dengan memanfaatkan dinding atau tembok kosong di rumah/pekarangan. Model wall gardening ini berkembang menjadi beberapa variasi:
a. Model terpal: memanfaatkan terpal sebagai media utama yang dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai rak sepatu bertingkat. Media tanam menggunakan campuran antara tanah, pupuk kandang atau kompos dan sekam padi.
b. Model paralon: memanfaatkan pipa paralon sebagai media utama (atau jika tidak ada bisa menggunakan bambu) yang dilubangi sedemikian rupa sebagai ruang tumbuh bagi tanaman. Sama dengan model terpal, media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, sekam padi atau arang sekam dan pupuk kandang/kompos.
c. Model pot plant: memanfaatkan pot plastik sebagai medianya. Kemudian disusun dan ditempatkan rak besi atau balok sebagai penyangga utama. Model ini memiliki kekuatan dan daya tampung lebih baik dibandingkan dua model sebelumnya. Media tanam yang digunakan masih tetap sama yakni campuran tanah, sekam dan pupuk organik (kandang/kompos).
d. Model partisi: menggunakan bahan agro pro dan besi sebagai penyangga utama. Berbeda dari model-model sebelumnya, media tanam yang digunakan yakni cocopeat (serabut kelapa) dan pupuk kompos/kandang.
Media Tanam Vertikultur
Tingkat keberhasilan budidaya tanaman dengan metode apapun sangat ditentukan oleh media tanam yang digunakan. Media tanam yang baik berpengaruh langsung pada pertumbuhan tanaman hingga pada akhirnya menentukan hasil produksi. Fungsi utama dari media tanam yakni sebagai penopang akar tanaman dan penyedia nutrisi/unsur hara yang dibutuhkan. Untuk budidaya vertikultur yang tidak sepenuhnya menggantungkan nutrisi dari tanah, maka media tanam yang dibuat harus memiliki komposisi yang berimbang sehingga tanaman dapat dengan subur.
Secara umum, media tanam yang digunakan pada metode vertikultur yaitu campuran antara tanah, arang sekam/sekam mentah, serta pupuk kompos/kandang dengan perbandingan 1:1:1. Lakukan pencampuran secara merata. Kemampuan tanah dengan sifat koloidnya sebagai pengikat unsur hara, saat mendapat pengairan yang baik maka unsur hara bisa diserap oleh akar melalui prinsip pertukaran kation. Sekam padi berfungsi sebagai penampung air dan penjaga kelembaban pada media tanam sedangkan pupuk kompos/kandang sebagai penjamin tersedianya nutrisi penting yang akan diurai menjadi unsur hara bagi tanaman.
Setelah ketiga bahan tersebut benar-benar tercampur, selanjutnya masukkan ke dalam wadah yang tersedia (pot/polybag/pipa paralon/bambu). Pastikan tidak ada ruas/rongga yang kosong dalam wadah namun juga jangan terlalu padat agar sirkulasi dalam media tanam tetap terjaga. Bagaimanapun, akar tanaman juga membutuhkan ruang untuk gerak dan ‘bernafas’. Tapi juga jangan terlalu renggang agar tetap dapat mempertahankan air dan menjaga kelembaban pada media tanam.
Jenis Tanaman Vertikultur
Kebanyakan tanaman yang dibudidayakan secara vertikultur adalah jenis sekali tanam atau memiliki masa tumbuh singkat. Karakteristik tanaman dengan masa tumbuh singkat yakni memiliki sistem perakaran yang pendek. Tanaman yang dapat dibudidayakan secara vertikultur diantaranya sawi, bayam, selada, cabai, terong, bawang merah/putih, tomat, mentimun, kangkung, seledri, paprika, serta jenis sayuran lainnya asal memiliki sistem perakaran yang pendek. Berikut tips dari Taman Inspirasi dalam mengaplikasikan metode vertikultur dengan memanfaatkan ember bekas.
[Tips & Trik] Vertikultur Bawang Merah dengan Ember Bekas Cat Tembok 5kg
1. Lubangi Ember. Beri tanda pada ember yang akan dijadikan sebagai media tumbuh/pot. Buat 12 lubang melingkar, atas dan bawah.
2. Siapkan pembolong besi yang berbentuk lingkaran (bisa memanfaatkan barang bekas (seperti bearing/laker bekas roda motor/sepeda) yang diberi pegangan besi/kayu.
3. Panaskan besi pembolong dengan api. Tunggu beberapa saat sampai panas benar-benar tersalur merata pada besi.
4. Tempelkan pada ember agar plastik meleleh dan terlubangi.
5. Buat penyangga tanaman dari kardus bekas. Ukuran kardus bekas disesuaikan dengan tinggi ember, yakni sekitar 16-17 cm.
6. Potong kardus agar tidak terlalu panjang jika dilingkarkan pada emeber. Kemudian masukkan/lingkarkan kardus pada ember dan rapikan hingga tiap sisinya terisi penuh.
7. Gunakan staples untuk melekatkan ujung kardus agar ukurannya tetap sesuai dengan keliling ember.
8. Lubangi kardus sesuai dengan 12 lubang ember yang telah kita buat sebelumnya. Bisa menggunakan gunting diputar-putar agar lebih rapi. Sesuaikan ukuran lubang dengan ukuran bawang merah yang akan ditanam.
9. Siapkan bibit bawang merah. Pilih bawang merah yang sudah tumbuh tunas.
10. Siapkan media tanam yakni campuran tanah, arang sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.
11. Masukkan media tanam yang telah tercampur merata kedalam ember kira-kira setengah dari lubang yang paling bawah.
12. Masukkan bibit bawang pada lubang-lubang dari kardus dari dalam ember. Lakukan dengan hati-hati agar tunas bawang tidak patah.
13. Rapikan dan tambahkan kembali media tanam agar bawang merah bisa tertopang sempurna pada lubang ember.
14. Lakukan hal yang sama (poin 11-13) untuk lubang diatasnya.
15. Setelah semua lubang terisi bawang, penuhi ember dengan media tanam dan siram dengan air sampai benar-benar meresap hingga bagian bawah ember.
16. Lakukan hal yang sama (poin 11-15) untuk 5-6 wadah ember. Kemudian susun ember bertingkat. Bisa menggunakan kawat sebagai pengikat antar ember.
Mungkin sebagian sobat Taman Inspirasi bertanya mengapa harus menggunakan kardus? Selain menjadi penyangga bagi tanaman agar tidak lepas atau keluar dari lubang ember yang ukurannya lebih besar dari tanaman, kardus berfungsi juga sebagai penambat media tanam agar tidak berceceran keluar melalui lubang wadah (ember). Kemudian karena media tanam selalu disiram dan sifat kardus yang mudah hancur jika terkena air terus menerus, maka kardus bisa menjadi solusi sebelum tanaman memiliki sistem perakaran yang baik sebagai penopang pada media tanam. Untuk lebih jelasnya, sobat bisa lihat video dari Taman Inspirasi SAFA berikut ini.
Leave a Reply
View Comments